Gambar:
Film ini bercerita tentang anak-anak jalanan dan sarjana yang pengangguran. Dua masalah besar yang terjadi di Indonesia. Anak-anak yang menghabiskan hidupnya di jalan, mengamen adalah pekerjaan mereka. Dan lulusan S1 yang pengangguran, tanpa pekerjaan yang jelas. Dua hal ini berhasil digabungkan dengan baik dalam satu film, yang berjudul alangkah lucunya negeri ini. Sekilas kita lihat judulnya, jelas sekali bahwa film itu banyak berisi kritikan, entah kepada siapa, itu tergantung siapa yang melihat dan bagaimana dia melihat.
Berikut sedikit cuplikan yang saya ringkas dari film itu. Muluk seorang sarjana manajemen bersama teman-temannya mampu mengubah anak-anak yang dulu mencopet menjadi seorang penjual. Misi mulia yang dilakukan Muluk ini tidaklah mudah. Mereka digaji dengan uang haram, hasil mencopet. Mendidik anak ini juga tidaklah mudah, mereka adalah anak-anak yang berwatak keras.
Cerita ini berawal dari pertemuan antara Muluk dengan Komet. Melihat kebaikan hati Muluk, Komet mengajaknya ke rumah. Ternyata Komet tidak sendirian, masih banyak anak-anak lain disana. Melihat kejadian ini, Muluk merasa terpanggil untuk memparbaiki kehidupan mereka. Disana dia bertemu dengan Jarot, pimpinan mereka. Muluk pun menyampaikan keinginanannya. Ternyata niat baik Muluk disambut dengan tangan terbuka oleh Jarot.
Hal pertama yang Muluk lakukan adalah mengakrabkan diri dengan mereka dengan mencoba masuk menjadi salah seorang anggota. Disana dia menjabat sebagai bendahara. Hubungan Muluk dangan anak-anakpun makin akrab. Dia mulai mengenalkan mereka tentang pendidikan.
Pekerjaan ini dibantu oleh dua temannya Syaamsul dan Pipit yang juga pengangguran. Syamsul adalah seorang sarjana pendidikan yang menghabiskan hidupnya dengan bermain judi, dan Pipit merupakan anak seorang kyai di desa. Disana Syamsul mengajar pelajaran kewarganegaraan dan Pipit mengajarkan agama islam kepada mereka.
Apa yang mereka lakukan merupakan sebuah contoh impementasi sikap seorang mahasiswa. Saya yakin semua kita pasti sudah tahu dengan yang namanya PFM (peran funsi mahasiswa). Ada empat fungsi ketika kita sudah menjadi seorang mahasiswa yaitu iron stock, moral force, social control, dan agent of change. Untuk agent of change, Muluk, Syamsul, dan Pipit adalah contohnya.
Mereka sadar bahwa mereka dulunya adalah seorang mahasiswa yang harus menjadi agent of change, orang-orang yang akan mengubah bangsa ini. Jiwa mereka merasa terpanggil ketika melihat sebuah kehidupan yang jauh dari kewajaran. Keinginan mereka untuk mendidik anak-anak itu merupakan bukti niat tulus mereka. Mereka telah sukses membawa visi mahasiswa.
Kita sebagai seorang mahasiswa kelak harus menjadi penerus misi Muluk, Syamsul, dan Pipit. Mereka telah memulai sesuatu yang selama ini jarang kita lakukan setelah lulus dari perguruan tinggi. Seakan-akan kita lupa bahwa dulu kita adalah seorang mahasiswa.
Kita juga tidak harus menjadi seorang Muluk atau Syamsul. Karena masih banyak cara lain yang bisa kita lakukan. Semuanya kita persembahkan untuk negeri ini.
No comments:
Post a Comment